Jumat, 14 Juni 2013

Menggugah Nilai Sadar Mahasiswa

Menggugah Nilai Sadar Mahasiswa
Beban Sejarah
Sejarah, kajian yang sering diremehkan namun vital adanya. Bagaimana tidak, dengan melek sejarah kita dapat memandang dunia seluas-luasnya, dengan sejarah kita dapat mengkaji peradaban umat manusia berpuluh-puluh abad silam lamanya, dengan sejarah kita dapat mengetahui bagaimana konstruksi pemikiran individu maupun kelompok masyarakat diberbagai tempat dan tahapan masa. Begitulah sejarah, dengan sejarah kita dapat meraba dunia.
Entitas manusia tanpa sejarah maka ia akan memikul beban sejarah. Keterputusan sejarah merupakan awal dari kehancuran, yang mana tanggung jawab sosial dihadapan masyarakat menjadi beban tersendiri, kerana cara pandang masyarakat terhadap entitas masyarakat pasti dipandang dari sudut kesejarahanya.
IAIN dan Kenangan
Kebesaran IAIN Sunan Kalijaga tetap terkenang sampai sekarang. Bagaimana dialektika keilmuan serta kerangka berfikir mahasiswanya yang begitu progresif, begitu aplikatif dalam study keilmuan, dan begitu lantang serta pedulinya mahasiswa dalam melihat penindasan (permasalahan-permasalahan sosial).
Mahasiswa IAIN sebelum reformasi sangat terkenal dengan ke-PD-anya (kepercayaan dririnya), mereka tak memperdulikan penampilan, yang mereka utamakan adalah kerangka berfikir terhadap suatu ilmu dan pengetahuan, serta mengesampingkan hal-hal yang tak menunjang keilmuan.
Kelompok-kelompok diskusipun menjamur dimana-mana, yang mana setiap kelempok mahasiswa saling berlomba-lomba mengadakan kegiatan mapupun kajian-kajian diskusi, hal ini berilmplikasi terhadap wajah IAIN yang setiap hari selalu diwarnai dengan kegiatan-kegiatan mahasiswa.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) memiliki akses yang sangat luas. Kegiatan UKM masa IAIN begitu atraktif dan inovatif, ruang geraknyapun bebas tak tersekati seperi sekarang. Dan uniknya masa IAIN, disetiap fakultas pasti dijumpai kantor-kantor UKM, yang berimbas disemua lini kampus terpenuhi dengan kegiatan mahasiswa.
Sentral kegiatan mahasiswa, yakni Masjid Kampus (Maskam) dibuka seluas-luasnya, tak ada pembatasan terhadap mahasiswa dalam mengakses fasilitas-fasilitas kampus yang memang selayaknya menjadi haknya.
Semua kondisi diatas ditunjang dengan, “kemerdekaan mahasiwa dalam menyampaikan gagasan sangat kentara, dan dijamin hak-haknya”.
Dilematika Mahasiswa Sekarang
Hampir satu dekade lamanya wajah kampus putih telah berubah. Kampus yang dulu bernama IAIN Sunan Kalijaga berubah menjadi UIN Sunan Kalijaga. Berbagai study keilmuan barupun dimunculkan di kampus ini, dengan harapan kampus ini semakin menapaki kemajuan.
Namun kemudian muncul pertanyaan, bagaimanakah kondisi mahasiswa saat ini? Bagaimana dialektika keilmuanya? Apakah kerangka berfikir mahassiwa sekarang masih progresif? Bagaiamana aplikatif mahasiswa dalam bidang study keilmua? Masih membudayakah kelompok-kelompok dislusi di setiap jengkal tanah UIN ini? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang seharusnya kita jawab sebagai acuan berhasil tidaknya perubahan-perubahan sistem di kampus ini.
Perlu kita ingat, kita sekarang hidup dengan arus perubahan yang sangat deras, gelombang globalisasi sebagai wujud liberalisme telah menjalar kemana-mana. Tentunya kondisi ini mempengaruhi sikap dan mental mahasiswa dalam membentuk kesadaran keilmuanya.
Memang tak bisa dipungkiri, berbagai kelompok diskusi semakin sulit dijumpai, yang ada hanya segerombolan orang (kelompok diskusi) yang terpinggirkan oleh sistem yang sengaja dibuat oleh para pemangku kebijakan yang sedang duduk berleha-leha disana, tanpa tau apa yang dibutuhkan mahasiswa. Kerangka-kerangka berfikir mahasiswapun sekarang dimodel tersekat-sekat, marginalisasi pengetahuanpun sangat kentara di dalamnya. Meskipun semua otangpun tahu, kefokusan dalam kajian keilmuan itu bagus, namun hal itu tidak berguna bila tak menimbulkan kesadaran terhadap tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
Apa yang harus kita lakuakan?
Problematika mahasiswa yang begitu kompleks ini bukanlah perkara mudah untuk dicari jalan keluarnya, namun bukan berarti kita harus diam dan menerima arus begitu saja. Ini bukan masalah tanggung jawabku atau tanggung jawabmu, ini bukan masalah pilihanku atau pilihanmu, tapi ini masalah nilai sadar dalam dialektika keilmuan dan pertanggung jawabanya kepada masyarakat yang harus kita pecahkan bersama.
Pers Mahasiswa, seharusnya memainkan peranan lebih disini, banyak yang bisa dilakukan oleh pers dalam merekonstruksi pemikiran. Kerana bagaimanapun, perslah yang memproduksi wacana, yang secara tidak langsung dapat menggugah kesadaran atas berbagai keterbelakangan mahasiswa.

Tak etis rasanya jika jika semua termasuk insan pers hanya diam, duduk manis menikmati kondisi zaman, sementara bentuk kesadaran dalam konteks keilmuan mahasiswa semakin kabur dimakan arus. Perlu menjadi acuan kita semua, “banyak hal yang bisa kita lakukan, jangan mati sebelum bergerak. Tengoklah sejarah, karena sejarah adalah cermin yang dapat mennggugah nilai sadar kita bersama”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar