Menggugah Nilai Sadar Mahasiswa
Beban Sejarah
Beban Sejarah
Sejarah, kajian yang sering diremehkan namun vital
adanya. Bagaimana tidak, dengan melek sejarah kita dapat memandang dunia
seluas-luasnya, dengan sejarah kita dapat mengkaji peradaban umat manusia berpuluh-puluh
abad silam lamanya, dengan sejarah kita dapat mengetahui bagaimana konstruksi
pemikiran individu maupun kelompok masyarakat diberbagai tempat dan tahapan
masa. Begitulah sejarah, dengan sejarah kita dapat meraba dunia.
Entitas manusia tanpa sejarah maka ia akan memikul
beban sejarah. Keterputusan sejarah merupakan awal dari kehancuran, yang mana
tanggung jawab sosial dihadapan masyarakat menjadi beban tersendiri, kerana
cara pandang masyarakat terhadap entitas masyarakat pasti dipandang dari sudut
kesejarahanya.
IAIN dan Kenangan
Kebesaran IAIN Sunan Kalijaga tetap terkenang sampai
sekarang. Bagaimana dialektika keilmuan serta kerangka berfikir mahasiswanya
yang begitu progresif, begitu aplikatif dalam study keilmuan, dan begitu lantang
serta pedulinya mahasiswa dalam melihat penindasan (permasalahan-permasalahan
sosial).
Mahasiswa IAIN sebelum reformasi sangat terkenal
dengan ke-PD-anya (kepercayaan dririnya), mereka tak memperdulikan penampilan,
yang mereka utamakan adalah kerangka berfikir terhadap suatu ilmu dan
pengetahuan, serta mengesampingkan hal-hal yang tak menunjang keilmuan.
Kelompok-kelompok diskusipun menjamur dimana-mana,
yang mana setiap kelempok mahasiswa saling berlomba-lomba mengadakan kegiatan
mapupun kajian-kajian diskusi, hal ini berilmplikasi terhadap wajah IAIN yang
setiap hari selalu diwarnai dengan kegiatan-kegiatan mahasiswa.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) memiliki akses yang
sangat luas. Kegiatan UKM masa IAIN begitu atraktif dan inovatif, ruang
geraknyapun bebas tak tersekati seperi sekarang. Dan uniknya masa IAIN,
disetiap fakultas pasti dijumpai kantor-kantor UKM, yang berimbas disemua lini
kampus terpenuhi dengan kegiatan mahasiswa.
Sentral kegiatan mahasiswa, yakni Masjid Kampus
(Maskam) dibuka seluas-luasnya, tak ada pembatasan terhadap mahasiswa dalam
mengakses fasilitas-fasilitas kampus yang memang selayaknya menjadi haknya.
Semua kondisi diatas ditunjang dengan, “kemerdekaan
mahasiwa dalam menyampaikan gagasan sangat kentara, dan dijamin hak-haknya”.
Dilematika Mahasiswa Sekarang
Hampir satu dekade lamanya wajah kampus putih telah
berubah. Kampus yang dulu bernama IAIN Sunan Kalijaga berubah menjadi UIN Sunan
Kalijaga. Berbagai study keilmuan barupun dimunculkan di kampus ini, dengan
harapan kampus ini semakin menapaki kemajuan.
Namun kemudian muncul pertanyaan, bagaimanakah
kondisi mahasiswa saat ini? Bagaimana dialektika keilmuanya? Apakah kerangka
berfikir mahassiwa sekarang masih progresif? Bagaiamana aplikatif mahasiswa
dalam bidang study keilmua? Masih membudayakah kelompok-kelompok dislusi di
setiap jengkal tanah UIN ini? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang seharusnya kita
jawab sebagai acuan berhasil tidaknya perubahan-perubahan sistem di kampus ini.
Perlu kita ingat, kita sekarang hidup dengan arus
perubahan yang sangat deras, gelombang globalisasi sebagai wujud liberalisme
telah menjalar kemana-mana. Tentunya kondisi ini mempengaruhi sikap dan mental
mahasiswa dalam membentuk kesadaran keilmuanya.
Memang tak bisa dipungkiri, berbagai kelompok
diskusi semakin sulit dijumpai, yang ada hanya segerombolan orang (kelompok
diskusi) yang terpinggirkan oleh sistem yang sengaja dibuat oleh para pemangku
kebijakan yang sedang duduk berleha-leha disana, tanpa tau apa yang dibutuhkan
mahasiswa. Kerangka-kerangka berfikir mahasiswapun sekarang dimodel
tersekat-sekat, marginalisasi pengetahuanpun sangat kentara di dalamnya. Meskipun
semua otangpun tahu, kefokusan dalam kajian keilmuan itu bagus, namun hal itu
tidak berguna bila tak menimbulkan kesadaran terhadap tanggung jawab sosial
kepada masyarakat.
Apa yang harus kita lakuakan?
Problematika mahasiswa yang begitu kompleks ini
bukanlah perkara mudah untuk dicari jalan keluarnya, namun bukan berarti kita
harus diam dan menerima arus begitu saja. Ini bukan masalah tanggung jawabku
atau tanggung jawabmu, ini bukan masalah pilihanku atau pilihanmu, tapi ini
masalah nilai sadar dalam dialektika keilmuan dan pertanggung jawabanya kepada
masyarakat yang harus kita pecahkan bersama.
Pers Mahasiswa, seharusnya memainkan peranan lebih
disini, banyak yang bisa dilakukan oleh pers dalam merekonstruksi pemikiran.
Kerana bagaimanapun, perslah yang memproduksi wacana, yang secara tidak
langsung dapat menggugah kesadaran atas berbagai keterbelakangan mahasiswa.
Tak etis rasanya jika jika semua termasuk insan pers
hanya diam, duduk manis menikmati kondisi zaman, sementara bentuk kesadaran
dalam konteks keilmuan mahasiswa semakin kabur dimakan arus. Perlu menjadi
acuan kita semua, “banyak hal yang bisa kita lakukan, jangan mati sebelum
bergerak. Tengoklah sejarah, karena sejarah adalah cermin yang dapat mennggugah
nilai sadar kita bersama”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar