BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Asia Barat merupakan
kawasan yang strategis, secara psikis kawasan itu sangat berpengaruh besar
dalam dunia Islam. Dimana Islam pertama kali tumbuh di kawasan ini dan tersebar
luas karena peran kawasan ini pula. Namun sekarang kawasan ini tidak lagi utuh,
dan mulai terkotak-kotak bahkan saling bermusuhan antara mereka sendiri.
Di Asia Barat yang
dulu dalam satu komando saat ini telah terbagi menjadi beberapa negara nasional
di antaranya Saudi Arabia, Syiria, Iraq, Yaman, Oman, Bahrein, Kuwait, UEA,
Qatar, Yordania, Lebanon, Cyprus, Palestina, dan Israel. Mereka memiliki
sejarah yang panjang dan sebenarnya tidak bisa untuk dipisahkan, namun dalam
makalah ini yang akan kita bicarakan hanyalah Bahrein dan Kuwait.
Bahrein merupakan
negara kepulauan yang terletak di Teluk Persia dengan ibu kota Manama. Bahrein
merupakan negara yang berbentuk monarki yang dikepalai seorang raja dari
keluarga Al-Khalifah. Bahrein memiliki sejarah yang sangat panjang dan telah
ditempati manusai sejak zaman pra sejarah. Karena letaknya yang strategis
wilayah ini menarik bangsa-bangsa asing untuk menguasainya, seperti bangsa
Babilonia, Persia, dan Arab.
Kuwait, salah satu
negara arab yang berbentuk emiret dan sekarang Kuwait di perintah oleh keturunan
dari Al-Sabah. Kuwait ber ibu kota di Kuwait City, dan merupakan salah satu
kota yang paling indah di kawasan Teluk Persia. Saat ini Kuwait telah menjelma menjadi
negara kaya, karena ladang minyak yang melimpah. Karena kekayaan minyak yang
melimpah pula saat ini Kuwait memiliki hubungan yang strategis dengan Amerika
Serikat yang memang memiliki kepentingan di kawasan Teluk Persia.
2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah yang akan di bahas dalam makaah ini adalah :
a.
Sejarah Bahrein dan Kuwait pra Islam
b.
Awal masuknya Islam di Bahrein dan Kuwait
c.
Pekembangan Islam di Bahrein dan Kuwait sejak zaman
klasik hingga modern, dan
d.
Keadaan Islam di Bahrein dan Kuwait dalam ranah
kontemporer.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
BAHREIN
1.
Bahrein Pra Islam
Bahrein memiliki sejarah
yang sangat panjang dan telah ditempati manusia sejak zaman pra sejarah, karena
letaknya yang strategis berada di Teluk Persia dan karena perananya sebagai Bandar transit
barang dagang dari timur sebelum di pasarkan ke dunia Timur Tengah maupun ke
Eropa, menjadikan kawasan ini sangat ramai dalam lalu lintas perdagangan.
Karena kestrategisan ini, wilayah Bahrein memiliki daya tarik bangsa-bangsa
asing untuk menguasainya, seperti bangsa Syiria, Babilonia, Yunani, Persia, dan
Arab.
Pada tahun 2300 SM, Bahrain menjadi pusat perdagangan dunia
di antara Mesopotamia dan Lembah Indus. Serta mempunyai kaitan erat dengan
Peradaban Sumeria pada abad ke-3 SM.
Bahrain menjadi bagian dari Babilonia lebih
kurang pada tahun 600 SM. Catatan-catatan sejarah
menunjukkan Bahrain dikenal melalui berbagai julukan yang di antaranya
"Mutiara Teluk Persia".[1]
Bahrain telah menjadi
pusat perdagangan dan perhubungan besar diwilayah teluk selama berabad-abad.
Suku-suku Arab(iyad dan azad) telah menetap diwilayah itu. Kemudian suku-suku
itu dikalahkan oleh suku-suku Arab yang lain(bani Abdul Qasis,Tamim). Suku-suku
ini menguasai Bahrain dibawah Persia hingga datangnya Islam.[2]
2.
Awal
Masuknya Islam di Bahrein
Islam tersiar ke Bahrein sejak Rosul mengirim utusan ke sana
dalam upaya penyiaran Islam, dengan mengirimkan sepucuk surat kepada penguasa
setempat yakni Al-Munzir dan Al-Mirbazan yang berisi tentang ajakan untuk masuk
Islam. Ajakan ini di respon dengan baik, terbukti dengan penerimaan Islam oleh
keduanya serta di ikuti oleh masyarakat setempat baik penduduk Arab Bahrein
maupun penduduk non-Arab Bahrein.
Sejak itu Al-Munzir melepaskan diri dari kekuasaan Persia
dan menjadi bagian dari daulah Islam di Madinah. Dia memerintah Bahrein sebagai
amir hingga wafatnya pada tahun 10 H. Setelah itu Bahrein diperintah oleh
Al-Ula, kemudian tidak lama kemudian digantikan oleh Abal bin Sa’id bin As.
3.
Bahrein
pada Masa Periode Klasik
Pada masa
pemerintahan Abu Bakar Asidiq al-Ula diangkat kembali menjadi wali Bahrain atas
permintaan dari penduduknya. Pada periode ini kaum muslimin Bahrain dari
keluarga Bani Qais bin Sa’labah, Bani Rabiah Khala al-Jarud bin Basyar al-Abd,
murtad dari islam dibawah pimpinan al-Hatam dari Bani Qais. Golongan murtad ini
di tumpas oleh al-Ula, sehingga umat islam di Bahrain kembali tenang.
Penumpasan golangan orang murtad tersebut tak luput dari bantuan penduduk
muslim di Bahrain yang telah benar-benar menerima kebenaran Islam.
Pada masa Khalifah
Umar bin Khatab, Usman bin Abi al-As diangkat menjadi wali Bahrain. Pada masa
berikutnya Bahrain dipimpin oleh seorang gurbenur.
Pada masa dinasti Umayyah Bahrein menjadi basis gerakan
Khawarij An-Najdah, namun keadaan berubah setelah periode pertama dinasti
Abbasiyah. Bahrein telah menjadi pusat gerakan Al-Zanj dan gerakan Qoromitah.
Bahkan pada masa pemerintahan kholifah Al-Muqtadir kaum Qoromitah berhasil
memisahkan diri dari kekholifahan di Baghdat dengan pemimpin besarnya Abu Sa’id
Hasan bin Baheram Al-Jabani, kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh puteranya
yakni Abu Taher Sulaiman Al-Jabani. Pada masanya kaum Qoromitah berkali-kali
mencoba menyerang Basrah, tapi senantiasa digagalkan. Pada tahun 301 H, Abu
Taher menyerang Mekkah, tidak dihormatinya lagi kesucian Ka’bah, dan ditimbunya
bangkai orang-orang yang dibunuhnya ke dalam telaga zam-zam. Hajar Al-Aswad
dilarikanya ke Bahrein selam 22 tahun, kiswah ka’bah dirobrk-robeknya, namun
akhirnya kaum Qoromitah dapat dimusnahkan.[3]
4.
Zaman Pertengahan
Pada awal awal abad
ke-16 Bahrein berada di bawah komando Turqi Usmani, namun sejak tahun 1521
Portugis datang dan mulai menamkan pengaruhnya di Bahrein. Portugis menjajah
Bahrein sejak tahun1521-1602 M, setelah itu bahrein berada di bawah kekuasaan Sultan
Persia. Nadir Shah menguasai Bahrain atas alasan
politik Bahrein mayoritas Syiah.
Pada tahun 1782 Keluarga Al-Khalifah mengambil alih pulau ini dari
tangan Persia. Untuk menjaga agar pulau ini tidak jatuh kembali ke tangan
Persia, mereka menjalin persahabatan dengan Inggris dan menjadi negeri dibawah
naungan Inggris.
5.
Zaman Modern
Sebelum tahun 1861,
Bahrein pernah dikuasai oleh Saudi Arabia pada masa Saud bi Faisal. Namun
setelah tahun 1861 Bahrein berada di bawah Protektorat Inggris hingga tahun
1971. Pada tahun 1973 Bahrein berhasil membuat konstitusi negara mereka dengan
kepala negara dipegang oleh amir dari keturunan keluarga Al-Khalifah.
Sementara minyak
pertama kali ditemukan di negeri ini pada tahun 1931, dengan ditemukanya sumber
minyak ini Bahrein telah mengalami modernisasi pesat disegala bidang.
Revolusi Islam Iran pada tahun 1979 juga berdampak bagi
Bahrein, tahun 1981 terjadi upaya kudeta dari golongan Syi’ah, namun usaha
mereka tidak membuahkan hasil.
6.
Zaman Kontemporer
Bahrain
ialah sebuah negara yang menjalankan sistem monarki konstitusional yang
dikepalai oleh raja, Syekh Hamad bin Isa Al Khalifah;
kepala pemerintahan saat ini ialah Perdana Menteri Syekh Khalifah bin
Salman Al Khalifah yang mengepalai anggota
kabinet sebanyak 15 orang. Bahrain mengamalkan sistem dwi-perundangan yaitu
Dewan Perwakilan dan Majelis Syura yang dipilih oleh raja. Kedua dewan
mempunyai anggota sebanyak 40 orang. Pemilihan umum diadakan pada tahun 2002 dengan
anggota parlemen bertugas selama empat tahun satu periode.
Hak
politik kaum wanita di Bahrain mendapatkan satu kemajuan saat wanita diberi hak
untuk memilih dan bertanding dalam pemilu nasional buat pertama kali pada
pemilu tahun 2002.
Walaupun tidak ada wanita terpilih dan mendapatkan kursi pada pemilihan yang
didominasi oleh Syiah dan Sunni, sebagai kompensasinya enam orang calon wanita
dilantik sebagai anggota dari Majelis Syura, sekaligus mewakili komunitas
Yahudi dan Kristen yang terdapat disana. Menteri wanita pertama yang dilantik
di Bahrain ialah Dr. Nada Haffadh sebagai
Menteri Kesehatan. Ia dilantik pada tahun 2004.
Raja
baru-baru ini mendirikan Dewan Makamah Agung untuk menata pengadilan-pengadilan
di negara ini dan mensahkan pemisahan cabang administratif dan hukum
pemerintahan.
Pada
11-12 November 2005, Bahrain menganjurkan Forum Masa Depan yang dihadiri
pemimpin-pemimpin dari Timur Tengah dan negara-negara G8 dan membicarakan
reformasi politik dan ekonomi di wilayah bersangkutan.
B. SEJARAH
KUWAIT
1.
Kuwait pra Islam
Kuwait merupakan
wilayah yang penuh dengan hamparan gurun pasir yang luas yang belum pernah
disebutkan dalam sejarah. Dahulu orang-orang arab biasanya berkemah di tempat
ini pada musim hujan lebat dan pergi meninggalkannya. Ditempat ini belum
dibangun sampai akhirnya keluarga Sabah datang pada abad 12 H/18 M.[4]
Kuwait ini terletak di pucuk Teluk Persia.
2.
Masuknya Islam di Kuwait
Islam masuk ke negara
Kuwait ini ketika negeri ini masih merupakan bagian dari wilayah kekuasaan
Persia. Awalnya diperkirakan terjadi sekitar tahun 15-30 H, ketika Khalifah
Umar bin Khattab membebaskan wilayah-wilayah kekuasaan Persia. Kukuasaan Persia
di wilayah itu berakhir pada tahun 30 H, ketika kota Madain (kini di Irak)
jatuh ketangan pasukan islam untuk memantapkan kekuasaan islam diwilayah ini,
Khalifah Umar mengangkat Sad bin Abi Waqas sebagai amir di Basra sejak itu
resmi wilayah itu menjadi bagian dari dunia islam dan penduduknya dengan tulus
menjadi pemeluk islam. Kini sebagian umat islam negeri ini termasuk pengikut
aliran sunni dari madzhab Maliki dan Hambali, Terdapat sedikit sekali pengikut
aliran syi’ah.[5]
3.
Kuwait pada Periode Klasik
Pada periode ini,
sejak Basra dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash yang diangkat oleh Umar wilayah
ini merupakan kedaulatan dari islam. Begitu juga ketika tampuk kekuasaan
berganti masa dan berganti dinasti, dari masa khalifah Usman bin Khatab, Ali
bin Abi Thalib, dinasti umayah, dan dinasti Abbasiyah. Kuwait merupakan wilayah
kekusaannya.
4.
Zaman Pertengahan
Pada masa klasik
maupun pertengahan, wilayah yang sekarang menjadi wilayah Kuwait merupakan
wilayah yang tergabung dengan Iraq. Dengan demikian sejarah Kuwait sangat
berkaitan erat dengan sejarah Iraq.
Pada tahun 1508 M
Iraq dan Kuwait berada di bawah kendali kerajaan safawiyah di Persia, namun
pada tahun 1533 M Turqi Usmani berhasil merebut Iraq dan mengembagkan
pengaruhnya disana, sementara Kuwait berada dalam setatus quo yang memang
penduduknya sangat jarang dengan wilayah yang kurang mendukung.
Tetapi kemudian
sekitar awal abad 18 M terdapat tiga suku yang datang ke Kuwait dan mulai
mengembangkan kehidupan disana. Setelah wilayah itu mereka kuasai, terjadilah
kesepakatan antara ke tiga suku pendatang itu untuk membentuk suatu
pemerintahan, suku As-Sabah terpilih untuk memegang kekuasaan, sementara suku
Kholifah dan Jalahimah bertugas dibidang peternakan, perikanan, pertanian, dan
perdagangan.[6]
Penguasa di Kuwait
yang pertama kali di perintah oleh Sultan Sabah bin Jabir dari suku As-Sabah,
dan dinasti tersebut memerintah hingga saat ini.[7] Tidak
lama setelah Sultan Sabah bin Jabir bekuasa terdapat ancaman dari kekuasaan
Turqi Usmani yang terdapat di Iraq, kemudian dikirimlah seorang utusan untuk
menghadap penguasa Turqi Usmani di Basra. Setelah peristiwa itu Kuwait berada
dalam pengaruh kesultanan Turqi Usmani, dan untuk menagatur masyarakat dan
hubunganya dengan kesultanan Turqi Usmani dipilihlah seorang amir yang dipegang
oleh keturunan Sabah yakni Sabah II.
5.
Zaman Modern
Pada akhir abad ke
18, Inggris mulai memperluas pengaruhnya di Teluk Presia dan Suriah, dan
berusaha merengangkan hubungan antara Kuwait dengan Turqi Usmani. Karena
pengaruh Inggris yang semakin bertambah, pada tahun 1897 Syekh Mubarok As-Sabah
mengirim surat kepada Inggris, mengusulkan Kuwait berada di bawah naungan
Inggris. Dua tahun kemudian Inggris
menerima tawaran itu, dan semenjak itu Kuwait berada di bawah protektorat
Inggris. Ketika perang dunia I Kuwait terlibat dalam peperangan melawan Turqi
Usmani, yang kemudian dimenangkan oleh Kuwait beserta sekutu-sukutunya.
Pada tahun 1934 mulai
ditemukan sumber minyak di Kuwait, dan mulai pengeboran pada tahun 1936 dengan
kerja sama dengan Amerika Serikat. Minyak telah mengubah wajah Kuwait menjadi
salah satu negara terkaya di Semenanjung Arab, bahkan pada tahun 1953 Kuwait
menjadi negara pengekspor minyak terbesat di Teluk Persia.[8]
6.
Zaman Kontemporer
Pada tanggal 19 Juni
1961, Kuwait memperoleh kemerdekaanya dari Inggris , namun enam hari kemudian
Iraq mengklaim bahwa senenarnya Kuwait merupakan bagian dari Iraq.[9] Iraq
mengugut untuk menyerang Kuwait tetapi dihalangi oleh pihak Inggris yang
menurunkan tenteranya, akibatnya pasukan Iraq ditarik kembali dari Kuwait.
Kejadian seperti ini terulang kembali pada tahun1990,
Setelah Kuwait bersekutu dengan Iraq dalam Perang Iran-Iraq kemudian
berakhir pada tahun 1988.
Kuwait membayar kompensasi ke Iraq untuk
perlindunagan dari apa yang dianggap sebagai ancaman yang ditimbulkan
oleh Iran
untuk Kuwait. Namun yang terjadi sebaliknya, pada bulan Agustus 1990 Iraq malah
menyerang Kuwait dengan dalih yang sama dan sebagai upaya Iraq untuk menutupi
hutang yang membengkak di Kuwait. Tetapi enam bulan kemudian tentara Iraq
dipaka keluar dari Kuwait oleh pasukan Amerika Serikat dan 28 negara sekutunya
pada 28 Februari 1991 sebagai wujud dari
resolusi DK PBB.[10]
Dan
baru-baru ini dikabarkan bahwa di Kuwait sedang berkembag isu-isu tentang
Parlemen Kuwait yang pada hari Kamis (12/04/2012), untuk sementara waktu,
meloloskan amandemen undang-undang hukum pidana terkait hukuman mati bagi para
pengutuk Allah, para nabi Islam dan istri-istrinya.
BAB
III
KESIMPULAN
Bahrein dan Kuwait merupakan suatu
negara yang terletak di kawasan Teluk Persia, kedua-duanya merupakan negara
yang kaya akan ladang minyak, dan juga memiliki pengaruh di pasar global.
Bahrein dan Kuwait sama-sama
memiliki sejarah yang panjang sebagai negara dan memiliki andil dalam peradaban
terutama peradaban Islam. Bahrein sebagai negara kepulauan yang strategis sejak
zaman pra Islam telah dikenal sebagai salah satu pusat peradaban sedangkan
Kuwait merupakan salah satu basis wilayah Islam dan dari wilayah itu Islam
tersebar luas ke berbagai penjuru dunia.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/bahrain akses pada tanggal 1 Mei jam :
01.00 WIB
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam.
1994. Ensiklopedi Islam. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve
Hamka. 1975. Sejarah Umat Islam.
Jakarta : Bulan Bintang
Al-Usairy, Ahmad. 2011. Sejarah Islam. Jakarta : Akbar Media
Ali Mufrodi. 1997. Islam di
Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta : Logos
http://ms.wikipedia.org/wiki/kuwait akses 1 Mei
2012 jam 01.00 WIB
[2] Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, ( Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994)
hal. 218
[3] Prof. Dr. Hamka,
Sejarah Umat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975) hal. 237-238
[5]Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,
(Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994) hlm. 87.
[6] Ensiklopedi
Islam
[7] Dr. Ali Mufrodi.
Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. (Jakarta : Logos, 1997). Hal. 145
[9] Dilihat dari
kontek sejarah, bukan hanya Kuwait yang masuk wilayah Iraq, bahkan seluruh
Timur Tengah hingga Afrika Utara juga masuk wilayah Iraq di masa Abbasiyah.
Namun dalam perkembangan sejarah menunjukkanbahwa negeri-negeri itu sudah tidak
dapat disatukan lagi di bawah satu tangan penguasa.
[10] Ensiklopedi
Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar