Oleh
: Usman Hadi
Kalimat
Efektif, Antara Kaidah Dan Penggunaanya
Setiap
gagasan, pikiran, atau konsep yang dimiliki oleh seseorang pada prakteknya
harus dituangkan dalam bentuk kalimat. Tentunya kalimat tersebut harus
menimbulkan gagasan yang sama dalam pikiran pendengar atau pembaca, sebagaimana
yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa
lepas dari lingkunganya, hubungan ini menimbulakan interaksi dan tindakan
sosial. Namun ada satu hal yang mendasar disetiap interaksi dan tindakan sosial
tersebut, yakni komunikasi.
Sebagaimana yang kita ketahui, komunikasi merupakan
hal yang sangat penting dalam masyarakat, orang lain akan tahu dengan apa yang
kita inginkan melalui perantara komunikasi, demikian juga sebaliknya, kita akan
tahu apa yang diinginkan masyarakat dan lingkunagan kita dengan komunikasi
pula.
Banyak sekali model seseorang dalam berkomunikasi,
baik dengan bahasa tubuh, ucapan , maupun dalam bentuk tulisan. Tidak bisa
dipungkiri, komunikasi melalui ucapan dan tulisan lebih dominan dalam
komunikasi kita sehari-hari. Namun kemudian muncul permasalahan, terkadang kita
kesulitan dalam menyampaikan sesuatu apa yang kita inginkan karena timbulnya miskomunikasi.
Banyak orang yang tidak sadar mengapa kita sering mengalami miskomunikasi,
miskomunikasi itu terjadi karena kita sering menggunakan kalimat ambigu
dan kurang efektif.
Kalimat sendiri merupakan bagian terkecil dari
ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran secara utuh dalam
ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titiknada,
disela oleh jeda, dan diakhiri oleh intonasi selesai. Sedangkan dalam wujud
tulisan, kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik,
tanda tanya, atau tanda seru.
Kalimat yang benar dan jelas akan menghindarkan kita
dengan kalimat ambigu, karena kalimat tersebut mudah dipahami orang lain,
kalimat demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif harus memiliki
kemampuan untuk memunculkan kembali gagasan pada pikiran pembaca atau pendengar
seperti yang terdapat dalam pikiran penulis atau pembicara. Hal ini berarti
bahwa kalimat efektif harus disusun
secara sadar guna mencapai daya informasi yang diinginkan penulis atau
pembicara terhadap pembaca atau pendengar.
Kalimat dikatakan efektif bila memenuhi dua kriteria
berikut. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau
perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan
gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang
dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi
itu, sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Kalimat efektif menggunakan
kaimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan menyampaikan informasi secara
tepat.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Banyak para ahli bahasa yang berusaha merumuskan
ciri-ciri kalimat efektif ini, namun secara garis besar ciri-ciri kalimat
efektif dapat dikategorikan sebagai berikut.
Pertama, keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan
makna dan struktur. Kesatuan kalimat disini ditandai dengan kesepadanan
struktur dan makna kalimat.
Kedua, kesejajaran bentuk kata dan atau struktur
kalimat secara gramatikal. Kesejajaran disini berarti penggunaan bentuk
gramatikal yang sama untuk unsur kalimat yang sama fungsinya. Jika sebuah
fikiran dinyatakan dengan frase, maka fikiran-fikiran sejajar yang lain harus
dinyatakan pula dengan frase. Jika suatu gagasan dinyatakan dengan kata kerja bentuk
me-, di-, dan sebagainya, maka gagasan yang lain yang sejajar harus dinyatakan
pula dengan kata kerja me-, di-, dan sebaginya.
Ketiga, kefokusan fikiran sehingga mudah difahami.
Kefokusan ini bertujuan agar kalimat tersebut dapat dengan mudah difahami
maksudnya. Untuk menjaga kesatuan gagasan hendaknya dicamkan asas “tiap
kalimat harus mengandung satu ide pokok”, agar setiap kalimat mudah
ditangkap dalam berkomunikasi.
Keempat, kehematan penggunaan unsur kalimat. Hemat
disini berarti hemat dalam penggunaan kata, frase, dan bentuk lain yang
dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini
dikarenakan, pengguanaan kata yang berlebihan akan mengaburkan maksud kalimat.
Untuk menjamin kehematan kalimat, setiap unsur kalimat harus berfungsi dengan
baik dan menghindari kalimat yang mubazir.
Kelima, kecermatan dan kesantunan. Kecermatan dan
kesantunan ini berkaitan dengan ketepatan memilih kata sehingga menghasilkan
komunikasi yang baik, tepat, dan tanpa gangguan emosional pembaca atau pembaca
atau penulis.
Keenam, kevariasian kata dan struktur sehingga
menghasilkan kesegaran bahasa. Kevariasian ini bertujuan agar pembaca tidak
merasa bosan dan jenuh saat membaca tulisan sang penulis. Sedangkan yang
dimaksud dengan variasi kalimat disini ialah variasi kalimat-kalimat yang
membangun kalimat dalam paragraf, yang dilakukan dengan variasi struktur,
diksi, dan gaya bahasa asalkan tidak menimbulkan perubahan makna.
Ketujuh, ketepatan diksi. Ketepatan diksi harus
mengungkapkan pikiran secara tepat, seksama, dan lazim. Serta dapat membedakan kata-kata
yang hampir bersinonim, kata yang berlawanan makna, dan kesesuaian makna.
Sehingga terhindar dari penggunaan kata yang ambigu.
Kedelapan, ketepatan ejaan. Kecermatan penggunaan
ejaan sangat menentukan kualitas dalam penyajian data. Dimana ada tuntutan
untuk menerapkan kaidah sesuai dengan EYD, supaya informasi yang didapat itu
baik dan benar dan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara atau
penulis.
Sebenarnya kita dapat terhindar dari kata-kata ambigu
yang sering menimbulakan miskomunikasi bila kita dengan seksama
menggunakan kaidah-kaidah berbahasa yang baik dan benar, dan kita perlu cermat
serta perlu lebih memahami ciri-ciri kalimat efektif itu sendiri.
Maka dari itu dalam setiap kegiatan hendaknya kita
memperhatikan penggunaan kalimat, agar kalimat tersebut menjadi efektif (sesuai
dengan apa yag kita kehendaki), serta dalam benkomunkasi hendaknya kita
menghindari atau setidaknya meminimalisir penggunaan kalimat yang tidak
efektif.
Sumber
Bacaan :
Ahmad Widyamarta, Seni Menggunakan Kalimat,
(Yogyakarta: Kanisius, 1991)
Endang Hartini, dkk, Bahasa Indinesia,
(Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan kalijaga Yogyakarta, 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar