Kamis, 17 Mei 2012

Takhrijul Hadis


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berjalanya waktu perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat baik dalam ilmu-ilmu logika maupun ilmu-ilmu agama. Tidak terkecuali hadis sendiri, sejak zaman Islam klasik, pertengahan, maupun modern perkembangan ilmu yang mengkaji hadis semakin terlihat, dimana dalam era sekarang ini cenderung terdapat kritik atas hadis yang berkembang luas di masyarakat dengan kedudukan hadis tersebut.
Keadaan seperti ini diperparah dengan ketersulitan penelusuran hadis, hal ini bukan saja diakibatkan oleh begitu banyaknya jumlah hadis yang diriwayatkan dari nabi melalui para sahabat dan tabi’in yang terdapat dalam kitab-kitab sumber, melaikan juga terutama disebabkan oleh banyaknya kitab-kitab sumber yang tersedia, menyadari keadaan seperti ini para ulama’ hadis berusaha memberikan kemudahan kepada para pencari hadis dalam sumber-sumber aslinya dengan menggunakan metode Takhrijul Hadis.
2.      Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi :
a.       Pengertian Takhrijul Hadis
b.      Sejarah Perkembangan Takhrij
c.       Tujuan dan Manfaat Takhrij
d.      Metode-metode dalam Mentakhrij Hadis




BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Tahrij
Secara etimologis, kata takhrij adalah bentuk imbuhan dari kata khuruj. Dari kata ini dapat dibentuk kata kharaja yang berarti keluar. Dan dari kata kharaja dapat dibentuk kata ahraja (mengeluarkan), kharraja (mendidik, melatih, memberikan dua warna atau lebih, dan lain-lain), dan istakhraja (mengeluarkan).[1]
Sedang menurut istilah Tahrij memeliki beberapa pengertian diantaranya :
a.       Menyampaikan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan para perawinya dalam mata rantai sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan menggunakan metode periwayatan yang telah mereka tempuh
b.      Ahli hadis yang menyampaikan beberapa hadis yang telah disampaikan oleh para gurunya
c.       Menunjukkan asal-usul hadis dan mengungkapkan sumber pengambilanya dalam beberapa kitab
d.      Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau berbagai sumber dengan mengikutsertakan metode periwayatan dan matarantai sanad masing-masing dengan dijelaskan oleh para perawinya serta kuwalitas hadisnya
e.       Mengemukakan letak asal hadis pada sumbernya yang asli secara lengkap dengan matarantai sanadnya masing-masing dan dijelaskan kuwalitas hadis yang bersangkutan
Dengan berbagai arti tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tahrij berkaitan dengan kegiatan penelitian hadis, sedangkan makna tahrij dapat disimpulkan bahwa tahrij berarti penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab-kitab koleksi hadis sebagai sumber asli, dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan matarantai sanad yang bersangkutan.[2] Atau dengan kata lain Tahrijul Hadis berarti memberikan informasi tempat sebuah hadis berada, yakni pada kitab-kitab sumber asli yang telah meriwayatkan hadis itu dengan sanadnya, kemudian menjelaskan hukum hadis itu.
2.      Sejarah Perkembangan Takhrij
Pada awal perkembangan ilmu dalam Islam, istilah Takhrij tidak diperluhkan karena pada saat itu orang-orang dengan mudah merujuk kepada kitab-kitab aslinya, karena kontak mereka dengan kitab-kitab itu sangat kuat. Keadaan ini berubah pada masa berikutnya karena kurangnya intensitas kajian terhadap sumber-sumber aslinya.
Prof. Hasbi Ash-Shidiqy mengatakan bahwa kegiatan Takhrij hadis telah muncul sejak abad ke-8 H. Namun pembukuan ilmu ini sebagai ilmu baru yang terkodifikasi baru pada akhir abad ke-14 H atau pada abad 20 M.[3]
3.      Tujuan dan Manfaat Takhrij
Tujuan Takhrij
a.       Mencari tahu siapa perawi hadis itu
b.      Mengetahui bagaimana hukum hadis itu
c.       Apakah hadis itu boleh dijadikan dalil atau tidak
Manfaat Takhrij
Bayak sekali manfaat Takhrijul Hadis, diantara manfaat Takhrijul Hadis yaitu :
a.       Takhrij memperkenalkan sumber-sumber Hadis atau kitab-kitab asal hadis
b.      Menambah perbendaharaan sanad Hadis-hadis melalui kitab-kitab asal
c.       Memperjelas keadaan sanad
d.      Memperjelas hukum hadis dengan banyaknya riwayat dalam kitab-kitab asal
e.       Dapat mengetahui pendapat-pendapat ulama’sekitar hukum hadis
f.       Dapat memperjelas perawi hadis yang samar
g.      Dapat memperjelas perawi hadis yang tidak diketahui namanya melalui perbandingan diantara sanad-sanad
h.      Dapat menghilagkan kemungkinan terjadi percampuran riwayat
i.        Dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya, karena ada kemungkinan perawi-perawi yang memiliki kesamaan gelar
j.        Dapat memperkenalkan periwayatan yang tidak terdapat dalam satu sanad
k.      Memperjelas arti kalimat asing yang terdapat dalam satu sanad, dan lain-lain.[4]
Namun pada dasarnya manfaat takhrij terdapat dua hal pokok meliputi :
a.       Mengumpulkan berbagai sanad dari suatu hadis
b.      Mengumpulkan berbagai redaksi dari sebuah matan hadis
4.      Metode Tahrij
Untuk mengetahu kejelasan hadis beserta sumber-sumbernya, ada beberapa metode Takhrij yang dapat dipergunakan, diantaranya :
1.      Alfadz
Yakni dengan menentukan lafaz tertentu sebagai langkah penelusuran yang terdapat dalam matan, baik lafaz itu berupa isim atau fi’il. Para penyusun kitab-kitab takhrij yang menggunakan metode ini menitikberatkan pada lafal-lafal asing, karena semakin gharib lafal itu maka semakin mudah dalam pencarian hadis.
Kelebihan metode Alfadz
a.       Mempercepat dalam pencarian hadis
b.      Kitab-kitab yang menggunakan metode ini membatasi hadis-hadisnya kedalam beberapa induk meliputi (juz, bab,hal)
c.       Memungkinkan pencarian hadis melalui lafal-lafal yang terdapat dalam matan hadis
Kekurangan metode Alfadz
a.       Keharusan kemempuan memiliki pengetahuan Bahasa Arab beserta ilmu-ilmunya
b.      Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat
c.       Terkadang suatu hadis tidak didapatkan dalam satu lafal, sehingga harus mencarinya dengan lafal yang lain.
Kitab yang menggunakan metode ini yakni Kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras, dan lain-lain.
2.      Atraf
Yakni dengan menjadikan awal matan sebagai pedoman awal, misal :من غشنا فليس منا  langkah untuk mencari hadis ini dengan metode Atraf adalah sebagai berikut :
a.       Lafal pertamanya menggunakan huruf م )  )
b.      Kemudian mencari huruf kedua ( ن ) setelah huruf م )  )
c.       Selanjutnya mencari huruf ( غ ) dan begitu seterusnya
Kelebihan dan kekurangan metode ini
Sebenarnya dengan metode ini kita bisa dengan cepat dalam mencari hadis tanpa harus menguasai dengan sempurna Bahasa Arab, tetapi bila terdapat kelainan lafal pada lafal pertama akan berakibat sulit dalam mencari suatu hadis.
Kitab yang menggunakan metode ini yakni Kitab Al-Jaami’ Al-Shaghiir, Kitab Faidh Al-Qadiir, Kitab Al-Fath Al-Kabiir, dan lain-lain.
3.      Rawi
Dengan menjadikan perawi sebagai isyarat awal. Metode ini berlandaskan pada perawi pertama suatu hadis baik perawi tersebut berasal dari kalangan sahabat atau dari kalangan tabi’in. Para penyusun kitab-kitab yang menggunakan metode ini selalu mencantumkan hadis yang diriwayatkan oleh perawi pertama.
Kelebihan metode Rawi
a.       Memperpendek masa proses Takhrij
b.      Dapat menelaah persanad
Kekuranganya yakni Metode ini sulit digunakan bagi orang yang belum mengetahui perawi pertama.
Kitab yang menggunakan metode ini yakni Kitab-kitab Al-Athraf dan kitab-kitab Musnad.
4.      Mawdhu’
Yakni dengan menggunakan tema dari makna hadis sebagai langkah awal. Teknik ini akan mudah digunakan oleh orang yang sudah biasa dan ahli dalam hadis.
Kelebihan metode mawdhu’ diantanya :
a.       Dapat menemukan bayak hadis dalam satu tema
b.      Mendidik ketajaman pemahaman hadis pada diri peneliti
c.       Tidak memerluhkan pengetahuan di luar hadis
Sementara kekurangan dengan menggunakan metode Mawdhu’ yakni :
a.       Terkadang kandungan hadis sulit disimpulkan oleh peneliti, sehingga tidak dapat menentukan temanya.
b.      Terkadang pula pemahaman peneliti tidak sesuai dengan pemahaman penyusun kitab
Kitab yang menggunakan metode ini yakni Kitab Kanz Al-Ummal Fii Sunan Al-Aqwal Wa Al-Af’al, dan lain-lain.
5.      Sifat
Yakni dengan karakteristik hadis yang dicari, apakah hadis itu maudhu’, qudsy, dan yang lain.
Kelebihan metode ini yakni diantaranya dapat mempermudah metode Takhrij, hal ini dimungkinkan karena sebagian besar hadis-hadsi yang dimuat dalam suatu karya tulis berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit, sehingga tidak memerluhkan pemikiran yang lebih rumit.[5]
Dan kekurangan metode ini yakni cangkupanya yang terbatas karena sedikitnya hadis-hadis yag dimuat dalam metode ini.
Kitab yang menggunakan metode ini yakni Kitab Al-Qamashidul Hasanah karangan Sakhawi, Kitab Kasful Khafa karangan Al-‘Ijluni, dan lain-lain.











BAB III
KESIMPULAN
Di dalam upaya untuk mempermudah dalam pencarian sebuah hadis para ulama’hadis berupaya memberikan kemudahan kepada para pencari hadis dalam sumber-sumber aslinya dengan mengenalkan metode Takhrijul Hadis.
Takhrijul Hadis sendiri berarti memberikan informasi tempat sebuah hadis berada, yakni pada kitab-kitab sumber asli yang telah meriwayatkan hadis itu dengan sanadnya, kemudian menjelaskan hukum hadis itu.
Sementara dalam mentakhrij suatu hadis terdapat lima (5) metode, yang meliputi :
a.       Alfadz
b.      Athraf
c.       Mawdhu’
d.      Sifat
e.       Rawi

DAFTAR PUSTAKA
Octoberrinsyah, dkk. 2005. Al-Hadis. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga
Mahdi, Abu Muhammad ‘Abd al-. Metode Takhrij Hadis : diterjemahkan dari
bahasa Arab oleh DR. H.S. Agil Husin Munawwar, M.A. dkk. Semarang:
Dina Utama, 1994
Zein, Muhammad ma’shum. 2006. Ulumul Hadis & Musthalah hadis. Jombang :
Al-Syarifah Al-Khodijah


[1] Drs. Octoberrinsyah, M.Ag, dkk. Al-Hadis. (Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005) hal. 128
[2] Drs. Muhammad Ma’shum Zein, MA. Ulumul Hadis & Musthalah hadis. (Jombang : Al-Syarifah Al-Khodijah, 2006) hal. 283 & 284
[3] Lihat Al-Hadis (Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005, hal. 132-133)
[4] Lihat Abu Muhammad Abdul Mahdi bi Abdul Qadir bi Abdul Hadi. Metode Takhrij Hadis; diterjemahkan dari bahasa Arab oleh DR. H.S. Agil Husin Munawwar, M.A. dkk. (Semarang: Dina Utama, 1994). Hal. 4-6
[5] Abu Muhammad Abdul Mahdi bi Abdul Qadir bi Abdul Hadi. Metode Takhrij Hadis; diterjemahkan dari bahasa Arab oleh DR. H.S. Agil Husin Munawwar, M.A. dkk. (Semarang: Dina Utama, 1994). Hal. 195

3 komentar: